PENGOLAHAN
PASCA PANEN KAKAO
FAKULTAS PERTANIAN – PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ PENGOLAHAN KAKAO ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Malang, 1 Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
MAKALAH................................................................................................ 1
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR
ISI............................................................................................................ 3
DAFTAR
TABEL.................................................................................................... 5
DAFTAR
GAMBAR............................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 6
1.1
Latar Belakang........................................................................................ 6
1.2
Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.3
Tujuan..................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.............................................................................. 8
2.1 Sejarah
Kakao......................................................................................... 8
2.2 Jenis-Jenis Kakao………………………………………………........... 8
2.3 Anatomi Buah Kakao………………………………………….............. 9
BAB III BAHAN DAN METODE............................................................................ 10
3.1 Tempat Pelaksanaan.................................................................................. 10
3.2 Bahan Dan
Alat......................................................................................... 10
3.3 Metode Kerja................................................................................................... 10
3.3.1 Cara
Kerja............................................................................................ 10
3.3.2 Diagram Alir........................................................................................ 16
3.4 Parameter / Indikator.............................................................................. 18
BAB IV
PEMBAHASAN........................................................................................ 19
4.1 Proses Pengolahan kakao pasca panen................................................... 19
BAB V
KESIMPULAN........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 22
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Standar Nasional (SNI) biji
kakao........................................ 18
DAFTAR GAMBAR
1.1 Proses pengolahan coklat batang………………………………. 16
1.2 Proses pengolahan coklat
bubuk……………………………….. 16
1.3
Proses pengolahan pasta coklat………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao
(Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan
dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun
2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan
bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke
tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar
US $ 701 juta.
Perkebunan kakao Indonesia mengalami
perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal
perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar
(87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta
6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian
besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan
jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Keberhasilan perluasan areal tersebut
telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di
kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen
kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) pada tahun
2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.
Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya disebabkan oleh makin mengganasnya
serangan hama PBK. Di samping itu, perkakaoan Indonesia dihadapkan pada
beberapa permasalahan antara lain: mutu produk yang masih rendah dan masih
belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu
tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan
meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara pengolahan bakao?
b. Bagaimana diagram alir pengolahan
kakao?
c. Bagaimana jenis-jenis kakao?
d.
Bagaiman cara pengolahan pasca panen
kakao?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara pengolahan
kakao
b. Untuk mengetahui tanaman kakao
c.
Untuk mengetahui jenis-jenis kakao
d.
Untuk mengetahui cara pengolahan pasca
panen kakao
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah kakao
Tanaman kakao atau cokelat telah
dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang sangat
penting sejak tahun 1951. Jenis yang pertama sekali ditanam di Indoenesia
Criollo, yaitu di daerah Sulawesi Utara yang berasal dari Venezuela. Pada tahun
1888 diperkenalkan bahan tanaman Java Criollo asal Venezuela yang bahan
dasarnya adalah kakao asal Sulawesi Utara tersebut, sebagai bahan tanaman
tertua untuk mendapatkan bahan tanaman unggul. Sebelumnya pada tahun 1880, juga
diperkenalkan bahan tanaman jenis forestero asal Venezeula untuk maksud yang
sama. Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon
DR, KWC, dan G dengan berbagai nomor. (DR kode dari kebun pohon induk
"Djati Renggo", G kode dari "Getas").
Sejalan dengan itu,
pengembangan pertanaman kakao di Indonesia, khususnya di Jawa, berjalan dengan
pesat. Perkembangannya juga didorong oleh meluasnya penyakit kopi oleh Hemeleia
vastatrix, sehingga menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa.
Mengingat budidaya tanaman kakao merupakan teknik bercocok tanam yang khas,
maka artikel ini diharapkan dapat dijadikan pegangan praktis bagi peminat
maupun pekebun kakao.
2.2 Jenis-jenis Kakao
a. Jenis Criollo
Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang : mutunya sangat baik dan dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, dan edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jumlahnya ± 7%, merupakan jenis edel yang dihasilkan di Ekuador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilanka, Indonesia, dan Samoa (Minifie,1980).
b. Jenis Forastero
Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang : mutunya sedang atau bulk cocoa, atau dikenal juga sebagai ordinary cocoa. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.Jumlahnya ± 93% dari produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan dari Afrika Barat, Brasil dan Dominika.
c. Jenis Trinitario
Merupakan hybrida dari jenis Criollo dengan jenis Forastero secara alami, sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. Kakao Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah
Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang : mutunya sangat baik dan dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, dan edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jumlahnya ± 7%, merupakan jenis edel yang dihasilkan di Ekuador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilanka, Indonesia, dan Samoa (Minifie,1980).
b. Jenis Forastero
Merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang : mutunya sedang atau bulk cocoa, atau dikenal juga sebagai ordinary cocoa. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah.Jumlahnya ± 93% dari produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan dari Afrika Barat, Brasil dan Dominika.
c. Jenis Trinitario
Merupakan hybrida dari jenis Criollo dengan jenis Forastero secara alami, sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. Kakao Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah
2.3 Anatomi Buah Kakao
kulit buah (cocoa pod) 73,73% terdiri dari : placenta 2,0% dan biji 24,2%.
- Buah kakao yang masak mempunyai kulit tebal dan berisi 30 – 40 biji yang diselimuti oleh pulp
- Sedangkan biji terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit biji dan keping biji
- Warna buah kakao pada dasarnya ada 2 macam, yaitu :
1. Buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning
2. Buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye.
kulit buah (cocoa pod) 73,73% terdiri dari : placenta 2,0% dan biji 24,2%.
- Buah kakao yang masak mempunyai kulit tebal dan berisi 30 – 40 biji yang diselimuti oleh pulp
- Sedangkan biji terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit biji dan keping biji
- Warna buah kakao pada dasarnya ada 2 macam, yaitu :
1. Buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning
2. Buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini di lakukan pada hari kamis, tanggal 23
November 2011. Bertempatan di jl. Tlogomas gang 12, Kec.Landung Sari, Kab.
Malang, Jawa Timur, Indonesia.
3.2
Bahan Dan Alat
Adapun bahan dan alat dalam proses pembuatan coklat
adalah:
a. Bahan.
- Biji Kakao
b. Alat.
- Palu
- Peti
fermentasi
-
Penggilingan
-
Tarpal/jaring penjemuran
3.3 Metode Kerja
3.3.1
Cara Kerja
Proses
pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam proses
ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa
yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.
a. Pemeraman
Buah.
• Pemeraman
buah bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan
pengeluaran biji dari buah kakao.
• Buah
dimasukan kedalam keranjang rotan atau sejenisnya disimpan ditempat yang bersih
dengan alas daun – daunan dan permukaan tumpukan ditutup dengan daun-daunan .
• Pemeraman
dilakukan ditempat yang teduh, serta lamanya sekitar 5-7 hari (maksimum 7
hari).
b. Pemecahan Buah
• Pemecahan atau
pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao, pemecahan buah
kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji
kakao.
• Pemecahan
buah kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah
lainnya, harus dihindari kontak langsung biji kakao dengan benda – benda logam,
karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu.
• Biji kakao
dikeluarkan lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih,
sedang empulur yang melekat pada biji dibuang.
c. Fermentasi
Fermentasi
dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan
menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji
yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji
dengan warna yang cerah dan bersih.
• Wadah/alat
fermentasi yang dibutuhkan yaitu : Kotak fermentasi terbuat dari lembaran papan
atau berupa.
• Keranjang bambu.
• Daun pisang.
• Karung goni.
Ada beberapa
cara fermentasi biji kakao yaitu :
1. Fermentasi
dengan kotak/peti fermentasi
o Biji kakao
dimasukkan dalam kotak terbuat dari lembaran papan yang berukuran panjang 60 cm
dengan tinggi 40 cm (kotak dapat menampung ± 100 kg biji kakao basah) setelah
itu kotak ditutup dengan karung goni/daun pisang.
o Pada hari ke
3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar fermentasi biji merata.
o Pada hari ke
6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap untuk dijemur.
2. Fermentasi
menggunakan keranjang bambu
o Keranjang
bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi dengan daun pisang baru kemudian
biji kakao dimasukan (keranjang dapat menampung ± 50 kg biji kakao basah)
o Setelah biji
kakao dimasukan keranjang ditutup dengan daun pisang.
o Pada hari ke
3 dilakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6 biji-biji dikeluarkan untuk siap
dijemur.
d. Perendaman dan Pencucian.
Tujuan
perendaman dan pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki
kenampakan biji. Sebelum pencucian dilakukan perendaman ± 3 jam untuk
meningkatkan jumlah biji bulat dengan kenampakan menarik dan warna coklat
cerah. Pencucian dapat dilakukan secara manual (dengan tangan) atau menggunakan
mesin pencuci. Pencucian yang terlalu bersih sehingga selaput lendirnya hilang
sama sekali, selain menyebabkan kehilangan berat juga membuat kulit biji
menjadi rapuh dan mudah terkelupas. Umunya biji kakao yang dicuci adalah jenis
edel sedangkan jenis bulk tergantung pada permintaan pasar.
e. Pengeringan
Pelaksanaan
pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, memakai mesin pengering atau
kombinasi keduanya. Pada proses pengeringan terjadi sedikit fermentasi lanjutan
dan kandungan air menurun dari 55- 60 % menjadi 6-7 %, selain itu terjadi pula
perubahan-perubahan kimia untuk menyempurnakan pembentukan aroma dan warna yang
baik.
Suhu
pengeringan sebaiknya antara 55-66 ºc dan waktu yang dibutuhkan bila memakai
mesin pengering antara 20-25 jam, sedang bila dijemur waktu yang dibutuhkan ± 7
hari apabila cuaca baik,tetapi apabila banyak hujan penjemuran ± 4 minggu. Bila
biji kurang kering pada kandungan air diatas 8% biji mudah ditumbuhi jamur.
f. Sortasi Biji.
Sortasi Biji Kakao
Kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat berupa biji
pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan daun-daunan.
Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang,
sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi dilakukan
dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dengan kotoran-kotoran.
g. Pengemasan dan Penyimpanan Biji
• Biji kakao
dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan kuat, biasanya menggunakan karung
goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung plastik.
• Biji kakao tidak
disimpan dalam satu tempat dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras,
karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan tersebut.
• Biji kakao jangan
disimpan di atas para-para dapur karena dapat mengakibatkan biji kakao berbau
asap.
• Biji kakao
disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban tidak melebihi 75 % ventilasi cukup
dan bersih.
• Antara lantai dan
wadah biji kakao diberi jarak ± 8 Cm dan jarak dari dinding ± 60 Cm, biji kakao
dapat disimpan ± 3 bulan.
3.3.2 Secara umum proses pengolahan biji kakao menjadi
coklat melalui beberapa tahapan proses.
- Ada 14 tahap
proses pengolahan biji kakao menjadi coklat.
1. Biji kakao dibersihkan untuk menghilangkan
semua bahan yang asing.
2. Biji kakao
selanjutnya akan dipanggang/disangrai untuk membawa keluar rasa coklat dan
warna biji (roasted). Suhu, waktu dan tingkat kelembaban pada saat penyangraian
(roasted) tergantung pada jenis biji yang digunakan dan jenis cokelat atau
produk yang akan dihasilkan.
3. Sebuah mesin
penampi (winnowing machine) akan digunakan untuk memisahkan kulit biji dan biji
kakao.
4. Biji kakao
kemudian akan mengalami proses alkalisasi, biasanya menggunakan kalium
karbonat, untuk mengembangkan rasa dan warna.
5. Setelah di alkalisasi, biji kakao kemudian memasuki
proses penggilingan untuk membuat cocoa liquor (kakao partikel tersuspensi
dalam cocoa butter). Suhu dan tingkat penggilingan bervariasi sesuai dengan
jenis mesin penggilingan yang digunakan dan produk yang akan dihasilkan.
6. Setelah biji
kakao menjadi cocoa liquor, biasanya produsen akan menambahkan bahan pencampur,
seperti kacang untuk menambah citra rasa coklat. Umumnya menggunakan lebih dari
satu jenis kacang dalam produk mereka, yang dicampur bersama-sama dengan
formula yang dibutuhkan.
7. Tahapan
selanjunya adalah mengekstrak the cocoa liquor dengan cara dipress/ditekan
untuk mendapatkan lemak coklat (cocoa butter) dan kakao dengan massa padat yang
disebut cocoa presscake. Persentasi lemak kakao yang dipress disesuaikan dengan
keinginan produsen sehingga komposisi lemak coklat (cocoa butter) dan cocoa
presscake berbeda-beda.
8. Pengolahan
sekarang menjadi dua arah yang berbeda. Lemak coklat akan digunakan dalam
pembuatan coklat. Sementara cocoa presscake akan dihaluskan menjadi coklat
dalam bentuk bubuk.
9. Lemak coklat
(cocoa butter) selanjutnya akan digunakan untuk memproduksi coklat melalui
penambahan cocoa liquor. Bahan-bahan lain seperti gula, susu, pengemulsi agen
dan cocoa butter ditambahkan dan dicampur. Proporsi bahan akan berbeda
tergantung pada jenis cokelat yang dibuat.
10. Campuran
kemudian mengalami proses pemurnian sampai pasta yang halus terbentuk
(refining). Refining bertujuan meningkatkan tekstur dari coklat.
11. Proses
selanjutnya, conching, untuk mengembangkan lebih lanjut rasa dan tekstur
coklat. Conching adalah proses menguleni atau smoothing. Kecepatan, durasi dan
suhu conching akan mempengaruhi rasa. Sebuah alternatif untuk conching adalah
proses pengemulsi menggunakan mesin yang bekerja seperti pengocok telur.
12. Campuran ini
kemudian melewati pemanasan, pendinginan dan proses pemanasan kembali. Hal ini
mencegah perubahan warna dan lemak
coklat dalam produk tersebut. Hal ini untuk mencegah perubahan warna dan melelehnya
coklat dalam produk.
13. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam cetakan
atau digunakan untuk pengisi enrobing dan didinginkan di ruang pendingin.
14. Cokelat ini
kemudian dikemas untuk distribusi ke outlet ritel.
3.3.2
Diagram Alir
a. Proses
pengolahan coklat batang
b. Proses pengolahan coklat
bubuk
c. Proses pengolahan pasta
coklat
3.4
Parameter / Indikator
Tabel. Standar Nasional (SNI) biji kakao (SNI 01 – 2323 –
2000)
No
|
Karakteristik
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Sub Standar
|
1.
|
Jumlah biji/100 gr
|
* *
|
* *
|
* *
|
2.
|
Kadar air, %(b/b) maks
|
7,5
|
7,5
|
>7,5
|
3.
|
Berjamur, %(b/b) maks
|
3
|
4
|
> 4
|
4.
|
Tak Terfermentasi %(b/b) maks
|
3
|
8
|
> 8
|
5.
|
Berserangga, hampa, berkecambah,
%(b/b) maks
|
3
|
6
|
> 6
|
6.
|
Biji pecah, % (b/b) maks
|
3
|
3
|
3
|
7.
|
Benda asing % (b/b) maks
|
0
|
0
|
0
|
8.
|
Kemasan kg, netto/karung
|
62,5
|
62,5
|
62,5
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengolahan kakao Pasca Panen
a.
Pemeraman Buah.
• Pemeraman buah
bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan pengeluaran
biji dari buah kakao.
• Buah dimasukan
kedalam keranjang rotan atau sejenisnya disimpan ditempat yang bersih dengan
alas daun – daunan dan permukaan tumpukan ditutup dengan daun-daunan .
• Pemeraman
dilakukan ditempat yang teduh, serta lamanya sekitar 5-7 hari (maksimum 7
hari).
b. Pemecahan Buah
• Pemecahan atau
pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao, pemecahan buah
kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji
kakao.
• Pemecahan buah
kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah
lainnya, harus dihindari kontak langsung biji kakao dengan benda-benda logam,
karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu.
• Biji kakao
dikeluarkan lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih,
sedang empulur yang melekat pada biji dibuang.
c. Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat
lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma
yang baik, selain itu menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur,
selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih.
Wadah/alat fermentasi yang dibutuhkan
yaitu : Kotak fermentasi terbuat dari lembaran papan atau berupa :
keranjang bambu,daun pisang, dan karung goni.
e. Pengemasan dan Penyimpanan Biji
• Biji kakao dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan
kuat, biasanya menggunakan karung goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung
plastik.
• Biji kakao tidak disimpan dalam satu tempat dengan
produk pertanian lainnya yang berbau keras, karena biji kakao dapat menyerap
bau-bauan tersebut.
• Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur
karena dapat mengakibatkan biji kakao berbau asap.
• Biji kakao disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban
tidak melebihi 75 % ventilasi cukup dan bersih.
• Antara lantai dan wadah biji kakao diberi jarak ± 8 Cm
dan jarak dari dinding ± 60 Cm, biji kakao dapat disimpan ± 3 bulan.
BAB
V
KESIMPULAN
a. Kakao
(Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa negara
b. Indonesia merupakan penghasil biji kakao terbesar ketiga
di dunia
c. Kesukaan konsumen akan coklat cukup tinggi
d. Berkembangnya pola pikir konsumen pangan fungsional
(nilai gizi coklat tinggi)
e. Banyaknya produk pangan yang memiliki flavor atau
berbasis coklat
f. Peluang pasar untuk hasil olahan kakao masih cukup luas
DAFTAR PUSTAKA
Gunstone, F.D. dan F.A. Norris. 1983. Lipids in Foods Chemistry, Biochemistry and
Technology. Pergamon Press, New York.
Hui,
Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and fat
Products. 5th Edition, Vol.
1. Edible Oil and Fat Products : General Applications. A Wiley-Interscience Publication, John Wiley
and Sons Inc., New York.
Hui,
Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and fat
Products. 5th Edition, Vol.
4. Edible Oil and Fat Products : Processing Technology. A Wiley-Interscience Publication, John Wiley
and Sons Inc., New York.
Ketaren, S. 1986.
Pengantar Teknologi Pangan. UI Press, Jakarta.
YANG MAU FILE LENGKAP DATA INI BISA HUBUNGI.DHIEN_50@YAHOO.CO.ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar